DESPICABLE ME 3 (2017) REVIEW : Cabang Plot yang Saling Mendistraksi

DESPICABLE ME 3 (2017) REVIEW : Cabang Plot yang Saling Mendistraksi

Film animasi buatan Illumination Pictures ini tak disangka menjadi sleeper hit, tak hanya dalam segi kuantitasnya di Box Office tetapi juga mendapatkan pujian oleh para kritikus. Despicable Me  hadir menjadi sebuah franchise yang sangat menjanjikan, terlebih ketika sidekick karakter di dalam film ini berhasil mencuri semua orang. Dan pada akhirnya, film ini pun dinantikan oleh banyak orang karena ingin menyaksikan tingkah jenaka para karakter sidekick yaitu Minions.

Yang membuat sekuel kedua dari Despicable Me tak lagi bisa sekuat filmnya yang pertamanya adalah screen-time dari Minions membuat distraksi plot utama filmnya. Tetapi, hal tersebut malah membuat sosok Minions ini semakin memiliki nama dan membuat penontonnya ingin menyaksikan film selanjutnya. Meskipun pada akhirnya Minions memiliki filmnya sendiri, tetapi Illumination Pictures tetap menjadikan kesuksesan filmnya sebagai alasan membuat instalmen ketiga.

Pierre Coffin menjadi pencetus seri ini kembali mengarahkan film ini namun dengan rekan kerja yg tidak sinkron. Kyle Balda menjadi pengganti Chris Renaud buat mendampingi Pierre Coffin pada mengarahkan seri ketiganya. Despicable Me tiga siap buat pulang memberikan cerita baru pada penontonnya, pun dengan para pengisi suara yang masih setia berdasarkan seri keduanya. Begitu jua menggunakan Cinco Paul & Ken Daurino jua pulang sebagai penulis naskah seri ketiganya.

Kali ini, Despicable Me 3 difokuskan pada Gru (Steve Carell) yang sudah tak lagi menjadi seorang penjahat dan bergabung ke Liga Anti-Viillain harus menangkap seorang musuh bernama Baltazhar (Trey Parker). Baltazhar merupakan mantan artis cilik yg sangat terobsesi untuk pulang dikenal lantaran reputasinya pada global pertelevisian yg semakin lama semakin menurun. Oleh karena itu, Baltazhar merancang sebuah planning yg mampu membuatnya menguasai global.

Gru hampir saja menangkap Baltazhar hingga dalam akhirnya gagal. Gru hampir saja menyerah hingga suatu waktu terdapat sebuah informasi yg mengatakan bahwa Gru mempunyai saudara kembar. Dru, saudara kembar dari Gru adalah seorang yang berbanding terbalik menggunakan Gru. Dia mempunyai kehidupan yg glamor dan baik-baik saja. Namun, Dru ingin sebagai jahat misalnya Gru dulu. Sikap Dru yg ingin seperti Gru menciptakan Dru terpaksa ikut terlibat pada menangkap Baltazhar.

Tak ada yang salah memang apabila Despicable Me memiliki instalmen ketiga. Toh, film ini pun masih dikategorikan sangat menguntungkan sekaligus menghibur penonton dengan jumlah yang masif. Tetapi, formula di setiap instalmen inilah yang perlu diperhatikan agar penonton pun masih bisa merasa dijaga untuk tetap dihibur oleh seri dari Despicable Me ini. Kesalahan dari Despicable Me 2 adalah screen time dari Minions yang mendistraksi cerita, sehingga penonton akan menerima informasi yang terpecah.

Despicable Me tiga berusaha keras agar tidak mengulangi kesalahan tadi dan sayangnya penonton tidak bisa menerima sebuah penceritaan yg kuat. Kesalahan pada dalam Despicable Me 3 ini adalah bagaimana Kyle Balda dan Pierre Coffin tidak sanggup menyatukan ritme dua plot cerita yang menjadi poin penting di dalam film ini. Informasi yang diberikan di dalam film ini pun banyak, sehingga terasa bahwa Despicable Me tiga dipaksa buat terdapat.

Dosis kelucuan di dalam Despicable Me 3 pun tak bisa memiliki euphoria yang besar seperti yang mereka lakukan di kedua instalment sebelumnya. Minions tetap hadir memberikan sedikit kesegaran di dalam plot ceritanya yang kering dan para Minions tahu tempat mereka yang hanya sekedar sidekick di seri Despicable Me ini. Hal itu memang bagus, tetapi tak diimbangi dengan bagaimana Kyle Balda serta Pierre Coffin berusaha mengarahkan filmnya yang sudah keluar jalur ritmenya.

Yang terjadi adalah subplot tadi berjalan sendiri-sendiri layakanya dua film yang berusaha digabungkan jadi satu. Keduanya seperti sedang mengarahkan film mereka sendiri-sendiri sehingga di hasil akhirnya mereka baru menggabungkannya sebagai satu film yg sama. Ketika penonton berusaha tahu problematika Gru dan Baltazhar, penonton diberi liputan tentang bagaimana plot cerita antara Gru dan Dru. Dampaknya, penonton akan melupakan bagaimana plot Gru dan Baltazhar ini seharusnya jua perlu diselesaikan.

Sehingga, ketika Despicable Me tiga berusaha menyelesaikan plot cerita tentang Gru & Baltazhar, penonton telah merasa lelah terlebih dahulu lantaran disibukkan dengan plot cerita Gru & Dru. Belum lagi ada beberapa cabang plot lain dengan Minions yang juga semakin mendistraksi bagaimana performa instalmen ketiganya ini. Selain itu, hilangnya transedental atau korelasi antara setiap cabang cerita film ini yang membuat penontonnya tidak begitu bisa menikmati Despicable Me tiga ini.

Despicable Me tiga tidak memiliki pengalaman sinematik layaknya kedua instalmen sebelumnya. Dengan plot cerita yang dibentuk begitu dari, penonton hanya merasakan sebuah serial animasi di hari minggu pagi yang biasa mereka tonton pada televisi. Tetapi, serial animasi tersebut sedang melakukan pertunjukkan spesial yg membuatnya harus memperpanjang durasinya hingga 89 mnt. Menonton Despicable Me 3 pun tak sanggup menaruh pengaruh apapun setelahnya selain menemani para penonton anak-anak yg memang menjadi sasaran segmentasinya.

Oleh karena itu, Despicable Me 3 ini memang tak sepenuhnya gagal dalam melakukan misinya lantaran tujuan utamanya untuk menyenangkan segmentasinya masih saja berhasil. Namun, Despicable Me 3 tidak sanggup menaruh sebuah hiburan famili instan yg mampu dinikmati sang segala usia. Pengarahan berdasarkan Kyle Balda dan Pierre Coffin yg sangat minimalis ini membuat film ini begitu lemah dan terasa panjang. Distraksi kali ini bukan ada menurut para Minions, tetapi bagaimana setiap cabang cerita di pada film ini tak sanggup saling berkompromi agar bisa memunculkan sebuah kombinasi yg menarik. Despicable Me 3 adalah sebuah instalmen yg sangat lemah dibanding dua film sebelumnya.

Posting Komentar

Copyright © Movie Review Cinema 21 | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes