HEADSHOT (2016) REVIEW : Kolaborasi Dua Genre Yang Memikat

HEADSHOT (2016) REVIEW : Kolaborasi Dua Genre Yang Memikat

Kebrutalan dalam film Martial Arts adalah sebuah indikator baru berdasarkan kualitas sebuah film milik perfilman nasional. Di poin inilah, ada sebuah titik pulang yg ada pada dalam perfilman nasional. Diawali oleh film The Raid yang disutradarai sang Gareth Evans, film ini sebagai sorotan banyak orang & jua perfilman Internasional. Kedigdayaannya diakui oleh poly pihak menciptakan perfilman nasional setidaknya mendapat citra baru baik domestik maupun mancanegara.

Dengan adanya poin itu, keragaman aliran pada perfilman nasional pun semakin bertambah. Film-film Indonesia berusaha mengekor keberhasilan The Raid & film-film sadis sebagai sorotan banyak orang. Sebelum The Raid menjadi tersohor, ada The Mo Brothers yg terdiri dari Timo & Kimo yg pernah menciptakan genre horor thriller yang tak kalah seru yaitu Rumah Dara. The Mo Brothers pun memiliki poly penggemar lantaran setidaknya dalam saat itu berhasil membuat alternatif tontonan, apalagi pada aliran horor yang pada kala itu minim akan pembaruan.

Karya The Mo Brothers pun dinantikan-tunggu oleh penggemarnya & selesainya film keduanya, Killers, The Mo Brothers menciptakan sebuah proyek baru berjudul Headshot yg dirilis desember tahun ini. Penggemar The Mo Brothers menunggu proyek ini, apalagi film ini dibintangi oleh nama-nama misalnya Iko Uwais, Chelsea Islan, Julie Estelle, dan masih poly nama-nama akbar lainnya. Yang terasa tidak sama menurut film Headshot merupakan bahwa film ini dinaungi sang tempat tinggal produksi Screenplay Infinite Films yg sebelumnya mempunyai produksi film yang antagonis aliran dengan film ini.

Penonton mungkin akan was-was menggunakan siapa yang menaungi Headshot ini, karena rekam jejak rumah produksinya yang sebelumnya hanya menghasilkan film-film genre drama romantis. Namun, The Mo Brothers sanggup berhasil melawan segala keminiman naskah yg menjadi sesuatu yang ditakutkan oleh penggemar atau penonton filmnya. Headshot dikemas unik, menggabungkan dua aliran yg berlawanan, namun menjadi suatu harmoni.

Naskah dari Headshot mungkin terlihat lemah, apalagi Headshot mempunyai dua aliran yang saling bersebrangan. Maka, yg bekerja menggunakan efektif adalah pengarahan menurut duo pengarah adegan yg melebur sebagai satu nama. The Mo Brothers berhasil mengakibatkan Headshot sebuah Romance-Action yg terasa sangat pas. Dengan durasi yang mencapai 117 menit, Headshot semakin lama akan semakin mencengkram penontonnya. Sehingga, tanpa sadar, penonton telah menghabiskan waktu yg relatif usang untuk mencari tahu siapa itu Ishmael, karakter pada dalam film ini.

Diceritakan bahwa Ishmael (Iko Uwais) merupakan orang asing yang ditemukan di tengah samudera lepas di sebuah kota kecil. Ailin (Chelsea Islan) merawatnya pada sebuah rumah sakit mini dengan alat-alat medis seadanya. Ishmael mengalami koma menggunakan saat yang cukup lama dan Ailin selalu berharap supaya Ishmael mampu bangun pulang. Hingga suatu saat, Ishmael terbangun dan ingatannya sahih-sahih hilang, bahkan tentang siapa dia sesungguhnya.

Ailin berusaha buat membuat Ishmael ingat akan siapa dirinya menggunakan membawanya ke tempat pertama kali beliau temukan, namun hal itu tak berakibat hasil. Sebelum akhirnya berhasil membuat ingatan Ishmael pulang, Ailin wajib pindah tugas ke Jakarta. Di sana, Ailin akan berusaha mencari alat-alat medis yang lebih baik supaya mampu mengembalikan ingatan Ishmael. Tetapi, saat bepergian menuju Jakarta, Bis yang ditumpanginya diserang sang para pembunuh yang ingin menculik Ailin. Ternyata, pembunuh itu adalah salah satu bagian berdasarkan masa lalu Ishmael yg dia nir ingat.

Bila dalam Rumah Dara, The Mo Brothers berusaha untuk menampilkan sebuah sajian film thriller atau slasher yang menonjolkan kemasan secara visual. Di dalam Killers, The Mo Brothers berusaha untuk bercerita segala kompleksitas plotnya. Maka, di dalam film Headshot berusaha untuk menggabungkan kemampuan The Mo Brothers di dua film sebelumnya. The Mo Brothers bisa membangun dunia yang sengaja dibuat berbeda dengan realita yang ada. Dunia penuh kekacauan di dalam Headshot berhasil diceritakan dan berdampak pada keterikatan antara karakter dengan penontonnya.

Muncul sebuah relevansi yang timbul antara karakter fiktif milik The Mo Brothers dengan penontonnya. Dengan setting dunia yang dibuat jauh dari realita penontonnya, yang terjadi adalah apa yang ada di dalam film Headshot lantas dibuat begitu meyakinkan. Apa yang membuat film ini sengaja dibuat jauh dari realita adalah bagaimana warna di dalam film ini. Dibuat memiliki kekacauan lewat warna yang cenderung memiliki palette yang kuning lebih gelap. Waran inilah yang digunakan sebagai penanda atas tujuan dari The Mo Brothers agar tak terjadi pembiasan realita yang ada.

Perpaduan naskah yang bersebrangan mungkin terlihat lemah, penuh akan plot klise tetapi Headshot punya cara untuk mengemas hal itu menjadi tambang emas. Menjadikan drama romantis itu memiliki alternatif cara untuk dikemas dan dinikmati. Menggabungkannya dengan banyak koreografi aksi yang bisa memberikan tensi kepada penontonnya. Dalam aspek naratif, Headshot masih memiliki aspek-aspek yang dapat dikategorikan sebagai film aksi meski dengan tambahan bumbu romantisasi antar karakter. Masih ada villain, hero, dan princess yang menjadi aspek utama yang menandakan bahwa Headshot dapat dikategorikan ke dalam film-film aksi.

Poin-poin itu mungkin tak ada bedanya bahkan cenderung terasa klise dengan film-film yang ada di dalam genre-nya. Struktur atau pola yang repetitif di dalam film yang berada di satu lingkup genre bisa jadi tak bisa menyenangkan penontonnya.  Tetapi, lagi-lagi kembali ke bagaimana The Mo Brothers mengemas Headshot ini. Keberhasilan sang sutradara untuk mengarahkannya sebagai sebuah film aksi yang tak sembarangan. Ada kesegaran di dalam filmnya sehingga penonton dapat mengikuti pencarian identitas Ishmael yang penuh rintangan.

Headshot mengangkat studi karakter Ishmael yg juga mempunyai relevansi dengan info sosial warga mengenai bukti diri. Banyak faktor yg dapat membangun jati diri seseorang & menduga bahwa faktor itu yang bisa mewakili dirinya sebagai bukti diri mereka masing-masing. Identitas tidak mempunyai sifat statis, begitu pula yang berusaha disampaikan sang The Mo Brothers lewat karakter Ishmael. Dengan keadaannya yang bisa jadi berubah ?Putih? Pulang, mengakibatkan alegori mengenai bagaimana karakter diri dibentuk & siapa yg berpengaruh buat membangun karakter itu.

Headshot bukanlah sebuah film yang menawarkan aspek cerita yang baru bila disandingkan dengan film-film belahan dunia lain, terutama Hollywood. Tetapi  di dalam perfilman nasional yang masih memiliki pakem dan cerita ‘seksi’nya sendiri, Headshot bisa dibilang punya sesuatu yang segar dengan  menggabungkan dua genre yang berbeda. Pun, hal itu tak bisa dijauhkan dari keberhasilan Timo dan Kimo dalam mengarahkan naskahnya yang mungkin dianggap cukup lemah. The Mo Brothers bisa membuat Headshot sebagai ladang emas lewat bagaimana cara dia bertutur dan membangun dunianya yang berhasil meyakinkan penontonnya. Dengan begitu, penonton dapat mengikuti perjalanan Ishmael yang sedang mencari identitas diri dari awal hingga akhir film.

Posting Komentar

Copyright © Movie Review Cinema 21 | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes