WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212 (2018) REVIEW : Universe Superhero Lokal Yang Patut Dinantikan!

WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212 (2018) REVIEW : Universe Superhero Lokal Yang Patut Dinantikan!

Mengembalikan kepercayaan penonton terhadap film laga dan seni silat sudah pernah dilakukan oleh Miles Films lewat Pendekar Tongkat Emas. Meski tak mendapat sambutan yang cukup meriah, Pendekar Tongkat Emas masih memiliki tujuannya yang mulia. Di tahun ini, Lifelike Pictures dengan usahanya menggandeng rumah produksi luar negeri yaitu 20th Century Fox, membangkitkan karakter silat legendaris milik tanah air.

Karakter silat rekaan dari Bastian Tito ini tentu sudah sangat dekat sang penonton Indonesia. Lewat serial televisi, karakter ini tentu menjadi sosok yg sangat legendaris. Wiro Sableng, oleh pendekar kapak maut naga geni ini menerima kesempatan buat diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko dalam versi layer lebarnya. Menggandeng Seno Gumira Ajidarma & Tumpal Tampubolon dalam penulisan naskah, Lifelike Pictures membuka jalan karakter ini buat membentuk dunianya.

Vino G. Bastian ditunjuk sebagai orang yg tepat buat mewarisi karakter Wiro Sableng yg dibentuk alm. Bastian Tito, di mana Vino merupakan anak menurut pembuatnya. Tentu saja, Wiro Sableng akan diperankan dan dibuat menggunakan sepenuh hati karena inti hatinya ikut andil pada pembuatannya. Pun, film Wiro Sableng dengan sub judul Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini mengajak Sherina untuk pulang berakting di layer lebar. Serta, mengajak nama baru misalnya Fariz Al Farizi di dalam filmnya.

Tak berhenti di nama-nama misalnya itu, poly aktor & aktris dengan nama besar pula ikut pada pada filmnya. Mulai Dwi Sasono, Yayan Ruhian, Yayu Unru, sampai sang istri menurut Vino sendiri yaitu Marsha Timothy. Dengan nama-nama akbar & kerjasamanya menggunakan tempat tinggal produksi Hollywood, tentu membuat Angga Dwimas Sasongko mendapatkan tanggung jawab yg akbar ketika membuat film ini. Terlebih, ini tentu saja pertama kalinya Angga Dwimas Sasongko membuat film menggunakan aliran berbeda.

Mungkin masih ada sedikit rasa khawatir dari penonton saat membuat Wiro Sableng ini ke sebuah film layer lebar. Mulai dari ketakutan membawa suasana nostalgia hingga mengelaborasi teknis dan pengarahannya dengan baik. Tetapi, dengan rekam jejak Angga Dwimas Sasongko, tentu sajaWiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 berhasil diarahkan menjadi sebuah filmaction fantasyyang menawan. Sekaligus, menetapkan standar yang tinggi dalam Raihan teknis di film Indonesia.

Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 mengadaptasi empat cerita novelnya menjadi satu cerita utuh di filmnya. Menceritakan tentang penyerangan sebuah desa oleh Mahesa Birawa (Yayan Ruhian) dan komplotannya sehingga membuat Wiro kecil harus terpisah dengan orang tuanya. Sinto Gendeng (Ruth Marini) lah yang pada akhirnya merebut Wiro kecil dari tangan Mahesa Birawa dan merawatnya hingga melatih Wiro menjadi sosok pendekar yang kuat.

Wiro (Vino G. Bastian) dianggap telah dewasa dan cukup kuat buat melanjutkan jalan hidupnya. Wiro Sableng pun dilepas untuk menemukan sosok Mahesa Birawa yg pada awalnya Wiro belum benar-benar memahami bahwa dia merupakan sosok yg memisahkan dirinya menggunakan orang tuanya. Di tengah perjalanannya, Wiro bertemu menggunakan Pendekar Tapak Sakti (Fariz Al Farizi) dan Anggini (Sherina) & terlibat perseteruan sebuah tahta kerajaan yang menuju ke satu titik utama yaitu Mahesa Birawa.

Dengan mengadaptasi 4 cerita sekaligus, tentu perlu ketelitian agar ceritanya tak terasa tumpang tindih. Tentu saja hal itu adalah misi yang sangat susah untuk dilakukan oleh Sheila Timothy, Seno Gumira Ajidarma, dan Tumpal Tampubolon. Mereka harus menahan egonya agar tidak terlalu ingin memaksakan setiap ceritanya tetapi juga tetap harus tahu bahwaWiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini juga memiliki universe yang harus berkembang dan berpotensi membesar nantinya.

Alih-alih memperbanyak konflik yang bakal membuat film ini tidak fokus,Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 ini fokus terhadap satu konflik utama dengan sedikit cabang cerita. Yang dikorbankan memanglah pengembangan karakter yang banyak di dalam filmnya. Sehingga, beberapa karakter yang ada di dalam film ini hanya bisa tampil tanpa digali lebih dalam. Meskipun, setiap kemunculannya tidak ada kesan yang dipaksa.

Dengan segala kelemahan pada segi cerita dan pengembangan karakternya ini, filmnya tetap mampu membicarakan plot ceritanya dengan baik lantaran pengarahan Angga Dwimas Sasongko yang kuat. Di dalam durasinya yang mencapai 123 mnt, penonton akan disuguhi setiap intrik bepergian Wiro Sableng yg menarik untuk ditonton. Angga Dwimas Sasongko tahu untuk mengemas film ini agar permanen berjalan sesuai tujuannya yaitu buat menghibur penontonnya.

Kelemahan dalam penulisan naskahnya diubahnya menjadi ladang emas untuk memiliki celah agar dikembangkan menjadiuniverseyang lebih besar. Sehingga, dengan banyak karakter yang tak tergali dengan baik, bisa membuat penontonnya yakin bahwa nantinya film ini akan memiliki sekuel yang patut untuk dinantikan. Sehingga, nantinya penikmat film Indonesia tentu akan memiliki film-film manusia berkekuatan super dengan dunianya yang sangat dekat dengan budaya Indonesia.

Meski berada di setting waktu dan universe yang berjarak dengan penontonnya, tetapiWiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 masih diselipi dengan dialog-dialog satir masa kini. Angga Dwimas Sasongko tahu benar bagaimana menyampaikannya agar semua dialog itu tetap bisa terasa tak dipaksakan. Dialognya tersampaikan dengan dinamis, dipadu dengan dialog-dialog tengil dan menggelitik yang mampu menjadipunchline komedinya.

Performa Vino G. Bastian menjadi Wiro Sableng berhasil mengeluarkan kharismanya & menjadi inti hati film ini. Vino G. Bastian mampu menginterpretasikan sosok Wiro Sableng yang tengil namun pula memiliki sisi-sisi kemanusiaannya yg sanggup membuat penontonnya bersimpati. Kolaborasinya pula bertenaga dengan sang guru, Sinto Gendeng yang diperankan oleh Ruth Marini. Sehingga, hubungan pengajar dan murid antara mereka berdua tampil secara natural.

Didukung oleh tata suara megah, sinematografi dengan warna yang memanjakan mata, dan visual efek yang bagus untuk ukuran filmmega budget di Indonesia,Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 memiliki hasil yang sangat memuaskan. Film ini berhasil menjadi sebuah pencapaian tertinggi dalam hal teknis dalamfilmmaking di film-film Indonesia. Kapan lagi film Indonesia memiliki sebuah karya yang bisa membangununiverse-nya dengan sangat baik dan berpotensi untuk semakin besar. Inilah kekuatan dalamWiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 yang tak pernah dimiliki film-film Indonesia sebelumnya, bisa membuatuniverse superhero lokal yang bisa nantikan selanjutnya. Keren sekali!

Posting Komentar

Copyright © Movie Review Cinema 21 | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes