SINGLE PART 2 (2019) REVIEW: Sudah Waktunya Raditya Dika Eksplorasi Lebih Lagi

SINGLE PART 2 (2019) REVIEW: Sudah Waktunya Raditya Dika Eksplorasi Lebih Lagi

Raditya Dika dan karya-karyanya, sebuah polemik yg relatif membagi penontonnya. Ada yang suka , ada yang bukan cup of tea-nya. Meski begitu, beberapa filmnya masih saja laris cantik. Setidaknya, seratus ribu lebih penonton pun masih bisa dikantongi. Bila ingat dengan kolaborasinya pertama kali menggunakan Soraya Intercine Films, niscaya memahami menggunakan film Single. Film ketiga berdasarkan raditya dika yang beliau tangani sendiri pada penyutradaraannya.

Ada beberapa benchmark yg berusaha ditetapkan sang Raditya Dika waktu menangani Single ini. Menjadi salah satu karya terbaik dari Raditya Dika oleh beberapa orang, mulai menurut pengarahan dan secara looks yg glamor berkat Soraya Intercine Films. Pun, kala itu, Single sebagai film ke 2 terlaris pada tahun 2015 & menerima satu juta penonton. Angka yang lumayan prestige kala itu, sebelum angka penonton film Indonesia semakin membesar di beberapa tahun terakhir.

Munculnya Single Part 2 –yang cukup mendadak –ini tentu sedikit mengagetkan beberapa pecinta film Indonesia. Tanpa adanya gaung, Single Part 2 muncul hanya bermodalkan nama Raditya Dika yang mungkin sudah menjadi brand besar di kalangan publik. Raditya Dika yang sempat menguji dirinya lewat film-film genre thriller, sedang berusaha kembali ke akarnya. Menangani kisah seorang insan manusia yang hidupnya hampa tanpa cinta dan tak ada pasangan.

Iya, tema seperti ini sudah menjadi ciri khas dari kisah yang dibuat oleh Raditya Dika. Tak hanya dalam materi filmnya, tetapi juga materi buku dan stand up comedy-nya. Sehingga, tak salah apabila calon penonton sedikit berharap dengan sekuelnya ini. Apalagi, film pertamanya pun memberikan pengalaman menonton yang seru. Sayangnya, meski berada di tema yang sama, bahkan dalam formula yang sama, Single Part 2 tak bisa mengeluarkan kekuatan yang sama.

Raditya Dika mungkin sadar akan hal itu dengan memberikan metajokes ke dalam naskah film Single Part 2. Problematika membahas hal yang itu-itu saja tanpa ada perkembangan ini dijadikan sebagai salah satu konfliknya adalah cara Raditya Dika menyadari kesalahannya. Tetapi, Single Part 2 pun bermain aman sehingga penonton akan merasakan keresahan yang sama dengan yang dialami oleh Raditya Dika itu sendiri.

Single Part 2 tenu saja masih berkutat di dunia Ebi dan masalah perjodohannya. Setelah bertemu dengan Angel (Annisa Rawles) di film pertamanya, ternyata tak membuat mereka berdua saling mengikat komitmen. Iya, Ebi yang umurnya sebentar lagi mencapai 30 tahun bahkan masih belum bisa mengatakan kalau dia sayang sama Angel. Ya tentu saja, Angel keburu pergi meninggalkan Ebi sendiri untuk melanjutkan sekolahnya di Bali.

Namun, Ebi gak sendiri banget karena masih ada 2 temannya yang masih nemenin dia. Di sini lah, Ebi berusaha buat mengasah kemampuannya berbicara dengan lawan jenis karenanya merupakan kelemahannya. Namun, saat dia tetapkan buat berani menyampaikan perasaan ke Angel, Ebi terlambat. Angel sudah terdapat yg mendekati & menciptakan Ebi patah hati. Tetapi, tentu saja usaha cinta Ebi gak berhenti sampai di sini.

Iya, penonton sekali lagi mengikuti kisah Raditya Dika berpetualang mencari cinta sejati. Dengan segala upayanya keluar dari zona nyaman di dua film sebelumnya, ada rasa rindu dengan film Raditya Dika yang seperti ini. Awkward romantic comedy dengan jokes yang mungkin terinfluensi oleh film karya milik Judd Apatow. Tetapi, ternyata Single Part 2 bukan sepenuhnya menjawab kerinduan atas karya-karyanya itu.

Bukan berarti Single Part 2 ini buruk, masih jauh dari kata itu. Hanya saja, penuturannya terlalu panjang apalagi durasinya yang mencapai 128 menit. Semuanya terasa berputar-putar sendiri dengan kurangnya penggalian motivasi dan konflik yang benar. Kurang ada letupan yang berarti untuk mempertajam konflik utamanya. Raditya Dika dalam naskahnya –yang dibantu oleh Sunil Soraya dan Donny Dhirgantoro –ini malah sibuk membuat konflik baru.

Tak bisa dipungkiri, adegan opening dari Single Part 2 yang melibatkan obrolan via Skype oleh Ebi dan Angel ini adalah bagian terbaik dari filmnya. Rasa manis-manis canggung yang tergambarkan dengan baik, didukung dengan tata kamera yang mempermanis suasananya. Tetapi, perjalanan Ebi mencari cinta sejati ini mengalami jalan terjal. Meskipun masih ada beberapa momen manis, lucu pun juga ada, tetapi tak selepas film pertamanya.

Setidaknya kita masih disuguhi permainan kamera yang indah di dalam film Single Part 2. Bisa memancarkan suasana moody tetapi hangat khas Soraya Intercine Films. Meskipun, filmnya tak terlihat semewah film pertamanya. Tetapi, set dan sinematografinya masih saja dikemas cantik. Poin plus lainnya ada di dalam jajaran soundtrack filmnya. Lagu Kunci Hati milik Geisha akan dengan mudah membuat penonton jatuh hati serta ada lagu lain yang tampil pas dan mendukung adegannya.

Tentu saja, Single Part 2 ini pengingat penontonnya bahwa Annisa Rawles butuh menjadi wajah segar di perfilman Indonesia. Bukan hanya paras cantiknya saja, tetapi performanya cukup membuat film ini menjadi manis.

Tetapi memang, masih banyak catatan bagi Raditya Dika saat membuat film. Bukan hanya dalam mengemas film dengan tema yang serupa ini saja, tetapi di karya-karya lainnya nanti. Raditya Dika butuh banyak lagi referensi agar karyanya bisa digali lebih dalam lagi, apalagi dalam penuturan konfliknya. Single Part 2 ini buktinya bahwa Raditya Dika butuh eksplorasi agar penontonnya tak  merasakan petualangan cinta Radit dengan jalur yang sama lagi.

Posting Komentar

Copyright © Movie Review Cinema 21 | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes