ALADDIN (2019) REVIEW: Rendisi Moderen Dengan Segala Plus dan Minusnya

ALADDIN (2019) REVIEW: Rendisi Moderen Dengan Segala Plus dan Minusnya

Masih berlanjut, Disney & caranya untuk merejuvenasi segala kisah klasiknya ke layar lebar masa kini . Daur ulang lagi kisah-kisah yg pernah diangkatnya supaya generasi sekarang mampu berkembang & tumbuh dengan kisah-kisah klasik milik Disney. Hal ini tentu juga disambut baik sang penggemar Disney sejak dahulu. Cara Disney ini tentu sebagai ajang nostalgia bagi para penggemarnya. Meski tentu saja, Disney harus memberi pembeda supaya adaptasi siklus ulangnya ini akan lebih kaya rasa.

Di tahun ini tentu sudah banyak film adaptasi daur ulang Disney yang mengantri. Dimulai dari adaptasi daur ulang kisah Dumbo yang disutradarai oleh Tim Burton. Di bulan Mei ini, Aladdin mendapatkan kesempatann untuk diangkat kembali oleh Guy Ritchie sebagai sutradara. Dibintangi oleh wajah-wajah baru seperti Mena Massoud sebagai Aladdin. Naomi Scott sebagai Jasmine ini pun pernah menjadi wajah Disney Channel di film televisi bernama Lemonade Mouth.

Sayang, cemoohan untuk film Aladdin tiba-tiba membesar ketika Disney memberikan foto promosi Will Smith sebagai Genie dengan cara yang salah. Hal ini menjadi bulan-bulanan warganet dan fans Disney hingga di beberapa materi promo lainnya. Tetapi, ketika trailer kedua dari Aladdin muncul, komentar sedikit mereda karena munculnya lagu-lagu klasik dalam film Aladdin. Percayalah, cemoohan itu sebenarnya tak benar-benar terjadi di dalam filmnya.

Aladdin milik Guy Ritchie ini memang mengubah sedikit kisahnya, terutama untuk arc character dari Jasmine yang termasuk sebagai Disney Princess. Tentu, di era sekarang, perlu adanya perubahan atas sosok perempuan dalam representasinya. Maka dari itu, naskah dari John August serta Guy Ritchie akhirnya menambahkan urgensi tertentu agar keberadaan karakter perempuannya tak hanya sebagai Damsel in Distress semata.

Tetapi, di luar dari penambahan kisah tentang karakter Jasmine di dalam film ini, Aladdin milik Guy Ritchie ini tentu saja masih mempunyai dasar cerita yang sama dengan film animasinya. Bahkan atribut-atribut klasiknya pun tak serta merta dilepas begitu saja di dalam film adaptasi daur ulangnya ini. Tetapi, alih-alih menjaga cita rasa klasiknya seperti yang dilakukan oleh beberapa film adaptasi film Disney Princess sebelumnya, Aladdin milik Guy Ritchie ini bergerak sebagai sebuah rendisi moderen yang mana akan ada sisi positif dan negatifnya.

Namanya juga film dengan judul Aladdin, film ini tentu saja dimulai dari kisah seorang anak jalanan bernama Aladdin (Mena Massoud) yang hidup sendiri bersama dengan partner keranya, Abu. Di tengah menjalankan rutinitasnya, bertemulah dia dengan sosok perempuan berparas cantik bernama Jasmine (Naomi Scott). Dia adalah seorang permaisuri kerajaan yang sedang berusaha untuk lari dari rutinitasnya yang selalu dikekang dengan alasan dia adalah seorang perempuan.

Aladdin tak menahu atas Jasmine, hingga suatu ketika dia datang ke kerajaan untuk menemuinya. Tetapi, Jafar (Marwan Kenzari) berusaha menangkap Aladdin dan membawanya ke sebuah gua yang berisikan harta karun besar. Di sana lah, dia mendapatkan sebuah lampu ajaib yang membuatnya bertemu dengan sosok Genie (Will Smith). Lewat Genie lah, Aladdin mendapatkan 3 permintaan yang akan dikabulkan dan berguna untuk dirinya.

Iya, kisahnya secara garis besar tentu saja masih sama dengan animasi klasiknya. Tetapi, beberapa poin yang diubah dari naskahnya adalah ketika membuat setiap karakternya memiliki alasan yang lebih berkaitan satu sama lain. Rendisi moderen dalam kisah Aladdin ini terjadi dalam sosok Jasmine yang dibuat untuk lebih punya kekuatan sebagai perempuan. Sehingga, ini tentu akan memberikan pandangan baru bagi sosok Disney Princess dan penikmatnya untuk memahami karakter perempuan dalam sebuah film.

Perempuan boleh memimpin, perempuan boleh menjadi apa saja yang dia mau, dan perempuan boleh menentukan apapun sesuai dengan keinginannya. Pesan-pesan inilah yang berusaha dilekatkan kepada karakter Jasmine sehingga Disney Princess satu ini bisa menjadi alternatif role model bagi perempuan masa kini. Hal ini juga sudah pernah diterapkan di beberapa film live-action Disney yang melibatkan karakter-karakter Disney Princess. Tetapi, penyampaian di dalam Aladdin ini terasa lebih terlihat karena Guy Ritchie menyampaikannya dengan lebih moderen saja.

Tetapi, rendisi moderen dari Guy Ritchie ini juga berdampak negatif bagi kesakralan magis di film live-action Aladdin ini. Meski atribut-atribut klasiknya tak hilang begitu saja, tetapi Aladdin milik Guy Ritchie ini terkesan hanya menceritakan ulang kisah Aladdin tanpa menjaga cita rasa klasiknya yang membuat film-film Disney terasa magis. Kekuatan Aladdin hanya datang bagi penggemar yang memiliki kedekatan referensi dengan filmnya. Itu pun hanya merasakan sensasi nostalgia, tanpa ada rasa klasik yang menempel di dalam filmnya.

Rendisi moderen tak hanya dalam kisahnya, tetapi juga musik-musik dan lagunya. Aladdin milik Guy Ritchie ini memberikan sentuhan moderen dalam lagu-lagu klasiknya, terlebih untuk lagu A Whole New World. Ini menjadi sangat menarik untuk filmnya, bahkan dilantunkan dengan indah. Tetapi, problematika lain datang di lagu baru yang dinyanyikan oleh Naomi Scott. Speechless, gubahan dari Justin Paul dan Benj Pasek ini terasa berada bukan pada tempat dan atmosfernya.

Lagunya yang terlalu kekinian membuat kemagisan dari Aladdin ini menjadi semakin hilang. Didukung dengan musical sequences-nya yang juga tak bisa menunjukkan kemegahan dan kesakralan kisah klasik milik Disney ini. Walaupun harus diakui, bahwa lagu Speechless ini akan sangat mudah dinikmati dan diingat di benak banyak orang. Beruntungnya, Naomi Scott bisa membawakan lagu ini dengan powerful, sehingga emosi yang ingin disampaikan bisa terlihat.

Tetapi, di luar gaya rendisi moderen milik Guy Ritchie pada adaptasi daur ulang yg memberikan plus dan minus yg sama, film ini masih sangat menyenangkan buat ditonton pada bioskop. Bukan hanya sebagai loka nostalgia, namun film ini cocok buat menciptakan hati sebagai sumringah lagi. Visualnya anggun, lagu-lagunya memikat, warna-warnanya pun sangat indah. Yang kentara, film tak misalnya diragukan oleh poly orang. Mena Massoud, Naomi Scott, & bahkan Will Smith menaruh performa terbaiknya. Will Smith sebagai Genie pula bermain dengan enerjik kok, jadi tidak perlu risi.

Posting Komentar

Copyright © Movie Review Cinema 21 | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes