Menjadi galat satu pertunjukkan broadway yg fenomenal, tidak galat jika Hamilton menerima kesempatan buat dikenalkan ke penonton yang tak punya akses ke sana. Maka berdasarkan itu, Lin Imanuel-Miranda menjanjikan pada penonton film buat menyaksikan original recording dengan original casts. Pada awalnya, pengalaman ini bakal sanggup dinikmati di layar perak. Tapi, gara-gara pandemi, Hamilton pun dirilis eksklusif ke streaming services milik Disney yaitu Disney
Apakah ini keputusan yang sempurna? Bisa jadi!
Karena film-film dengan experience unik seperti ini pun mungkin akan menjadi hit di negara asalnya. Tapi, tak akan bisa memiliki performa bagus secaraBox Office dariworldwide release. Apalagi, penonton Indonesia yang masih saja sanksi dengan film-film musikal yang katanya"ah, kok nyanyi mulu sih?"
Padahal, Hamilton menyajikan sebuah pengalaman menonton pertunjukkan broadway yang sangat magis. Rendisi lagu-lagu moderen yg dilakukan pada film ini tak mengurangi kesakralan menurut pertunjukkan teatrikalnya ini. 160 mnt milik Hamilton merupakan sebuah pengalaman baru yg menyenangkan & cantik. Bisa jadi mereka jua merasakan pengalaman baru terutama buat penonton yang tak pernah pulang ke broadway & menonton pertunjukkan pada sana.
Hamilton sendiri ternyata diangkat kisah konkret mengenai seseorang imigran yang menjadi orang krusial pada Amerika. Alexander Hamilton (Lin-Imanuel Miranda) berjalan sendiri menyusuri kota New York buat mengadu nasibnya. Hamilton bertemu menggunakan orang-orang asing yang ternyata bisa mendukung segala bepergian hidupnya. Bahkan, mereka percaya bahwa Hamilton sanggup sebagai orang besar nantinya.
Segala perjuangan Hamilton waktu Amerika sedang melakukan gerakan revolusi membuat dirinya sebagai seseorang yang dikagumi banyak orang. Tapi, perjuangan Hamilton tidak berhenti sampai sana. Masih terdapat poly terjal dari kisah hidupnya. Mulai menurut asmara menggunakan abang-saudara termuda Schuyler, Angelica (Renee Elise Goldsberry) dan Eliza (Phillipa Soo). Sampai kisah perjuangannya menjadi seorang personal asisten berdasarkan George Washington (Christopher Jackson).
Bercerita lewat lirik menggunakan musik rendisi moderen yg tidak kehilangan esensinya.
Namanya pula sebuah pertunjukkan musikal Broadway, kentara Hamilton menceritakan segala plot cerita lewat musik-musiknya. Lirik tiap lirik merupakan barisan dialog & plot cerita yg disambung hingga akhir. Bagi yg tak pernah mencicipi pengalaman misalnya ini, akan sangat susah mengikuti cerita yg dihadirkan sang Hamilton. Tapi, ini pun hanya menghadirkan rekaman ulang pertunjukkannya. Jadi, bukan dikontruksi ulang buat sebagai sebuah adegan-adegan misalnya pada sebuah film layaknya Les Miserables.
Tapi, bukan berarti Hamilton tak sanggup menaruh cinematic experience di sepanjang pertunjukkannya. Sang pengarah pertunjukkan, Thomas Kail yang juga didapuk menjadi sutradara buat Original Broadway Production ini sanggup memberitahuakn segala magis pertunjukkan fenomenal ini tanpa kehilangan esensinya. Meski hanya merekam ulang, akan tetapi Thomas Kail bisa menegaskan bagian-bagian penting di dalam film ini hingga emosinya pun permanen terasa.
Ada banyak pengadeganan pada dalam pertunjukkannya yg diatur menggunakan sangat pintar. Keterbatasan sebuah pertunjukkan buat memvisualisasikan adegan membuat Thomas Kail berusaha buat memperkaya setiap ceritanya menggunakan efektif. Seperti yang beliau lakukan di adegan "Satistfieddanquot; yg melakukan adegan flashback hingga akhirnya balik maju ke waktu semula.
Memvisualisasikan adegan rewind menggunakan tarian yg megah. Ini merupakan sebuah adegan flashback buat memperkaya emosi Angelica yg ketika itu rela berkorban buat adiknya, Eliza yang ingin menikahi Hamilton. Di pada rekaman ulangnya pun, terdapat beberapa editing & permainan kamera yang ditekankan. Sehingga, penonton pun menyadari bahwa ini merupakan adegan masa lalu buat menaruh narasi lain pada tengah narasi milik Hamilton pada sepanjang pertunjukkan.
Lagu-lagu hip-hop di pertunjukkan Hamilton ini adalah kunci utamanya. Menjadikan kisah usang ini menjadi lebih sanggup diterima pada tengah tren moderen. Sekaligus, menjadikan kunci bahwa menggunakan rendisi lagu yang mengikuti zaman kini , tema-tema seperti ini permanen saja penting buat diangkat. Memberikan pengertian pada penonton pertunjukkan ini bahwa seseorang imigran saja mampu mengabdi ke negara loka beliau tinggal. Agar nir ada lagi praktik rasisme yang terjadi di negara tadi.
Performa musikal di Hamilton juga tak akan lengkap tanpa kehadiran aktor dan aktris yang mendukung. Lin-Imanuel Miranda, Renee Elise Goldsberry, dan Phillipa Soo menghadirkan performa yang luar biasa. Memberikan banyak emosi di setiap lirik di dalam musiknya baik upbeat atau pun tidak. Sehingga, penonton bisa merasakanemotional turmoil yang signifikan.
Sebagai peran pendukung pun, ada Jonathan Groff yang meski muncul dengan screen time yang sedikit tapi bisa sangat memorable. Perannya sebagai King George dengan performa "You'll Be Back" bisa sangatpowerful. Menekankan bahwa dirinya adalah seorang diktator yang licik, rakus, tapi permainannya sangat mulus. Gimmick kecil dalam ekspresi dan gerak tubuh dari Jonathan Groff bisa mewakili hal itu dengan sangat baik.
Jadi, buat kamu yang belum pernah merasakan pertunjukkan Broadway, bisa langsung subscribe Disney+ dan menonton Hamilton. Ini adalah sebuah pengalaman yang berbeda, baru, tetapi sangat menyenangkan dan magis. Semua lagu-lagunya yang catchy, tata panggung megah dan berkelas membuat Hamilton memang sepadan denganhype-nya yang besar. Sekali tonton, pasti langsung jatuh cinta!
Posting Komentar