SEKALA NISKALA (2018) REVIEW : Sebuah Bentuk Seni Tentang Kehilangan.

SEKALA NISKALA (2018) REVIEW : Sebuah Bentuk Seni Tentang Kehilangan.

Membuat sebuah film dengan pesan dan penuturan yang berat secara simbolik memang tak bisa sembarangan. Tak serta merta memiliki plot cerita yang tak utuh, pengambilan gambar longtake, serta minim akan musik membuat sebuah film bisa begitu saja dikategorikan sebagai film arthouse. Tentu, sebuah seni seharusnya bisa diinterpretasi oleh penontonnya. Begitu pula dengan film-film arthouse yang seharusnya memiliki pesan dengan interpretasi yang bebas tetapi tak berusaha menyampaikan pesan yang sangat eksklusif.

Narasi film-film seperti tentu akan sangat berbeda menggunakan sebuah film dalam biasanya. Seorang penonton harus lebih aktif buat memaknai apa yang berusaha ditampilkan lewat pesan visualnya. Lantas, seorang sutradara pun juga harus tahu mengolah pesan simbolik tersebut dengan kemasan visual yg tidak asal-asalan. Sebuah film serupa hadir berdasarkan sosok Kamila Andini berjudul Sekala Niskala yg belakangan ini ramai dibicarakan orang.

Dengan judul internasionalnya,Seen And The Unseen, film ini berhasil mendapatkan penghargaan diBerlin International Film Festival. Tentu dengan didapatkannya penghargaan ini akan daya tarik sendiri untuk penonton Indonesia. Sekala Niskala diputar secara terbatas di Indonesia di pertengahan Maret ini. Meski begitu, ada beberapa nama terkenal yang ikut andil di dalam filmnya. Mulai dari Ayu Laksmi dan Happy Salma. Serta pemain cilik baru yang ternyata performanya tak bisa diremehkan begitu saja.

Sekala Niskala tentu bukan sebuah film yang mampu diterima sang poly orang. Film ini akan sangat mempunyai jangkauan penonton yg lumayan terbatas dibanding dengan film-film dalam umumnya. Sebagai sebuah tontonan cara lain , Sekala Niskala tentu sangat menitikberatkan plotnya kepada narasi visual. Kenikmatan menonton Sekala Niskala tentu menggunakan cara memaknai secara aktif visual-visual simbolik yg ada di dalam filmnya.

Sebagai sebuah film tontonan cara lain , Sekala Niskala mampu mengungkapkan pesannya menggunakan baik. Berusaha menggarisbawahi sebuah pesan primer mengenai kehilangan & kematian sebagai akibatnya penonton masih mengerti tema akbar apa yg terdapat pada dalam filmnya. Bagi penonton yg mampu mendapat pesan-pesan simbolik ini, tentu Sekala Niskala adalah sebuah bepergian spriritual bagi mereka yang ingin memaknai lebih mengenai kehilangan.

Ini adalah sebuah kisah bagi mereka yang kehilangan. Saudara kembar bernama Tantra (Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena) dan Tantri (Ni Kadek Thaly Titi Kasih) yang hidup berdua bersama keluarga kecilnya. Mereka hidup bahagia dan saling melengkapi satu sama lain sebagai seorang saudara hingga suatu saat Tantra diserang sebuah penyakit yang membuatnya semakin melemah. Mengetahui hal ini, tentu Tantri merasa sedikit kehilangan.

Tak ada lagi yg diajak Tantri buat bermain beserta, tak terdapat lagi yg mengurus Tantri ketika hanya tinggal berdua saja di tempat tinggal . Tak terdapat lagi teman buat Tantri memberikan sebuah sajian dari telur karena Tantri hanya suka di bagian putihnya saja. Tetapi Tantri masih merasa bahwa Tantra masih berada di sampingnya. Menemaninya bermain dan menceritakan kisah hidup Tantra yang dipenuhi menggunakan narasi penghormatan mengenai kehilangan.

Ini merupakan sebuah film penuh pesan visual yg tampil tanpa terdapat pretensi apapun selain memberikan pengertian bahwa film bisa mengkategorikan sebagai sebuah seni. Hal inilah yang menciptakan Kamila Andini menjadi seseorang sutradara yg mempunyai sensitivitas tidak selaras lantaran berhasil mengemas film ini dengan arahan yang sempurna. Memiliki pemahaman yang sahih mengenai menciptakan sebuah film simbolik tanpa melupakan tugasnya menjadi pengarah adegan buat menciptakan Sekala Niskala permanen memiliki satu benang merah utuh pada setiap adegannya.

Menyelipkan unsur budaya bali tentang Sekala yang artinya dunia nyata, dan Niskala yang artinya dunia gaib. Kamila Andini berusaha mentranslasikan kehidupan di antara dua dunia tersebut.  Memberikan analogi-analogi tentang kehidupan lewat pesan simbolik tetapi memiliki keterkaitan dengan benang utama dalam filmnya dan hal inilah yang sudah jarang ada dalam beberapa film Indonesia alternatif di beberapa tahun terakhir ini. Menyelipkan perumpamaan tentang kehilangan tersebut lewat medium benda yaitu telur. Benda ini adalah cara Kamila Andini menekankan tentang bagaimana keseimbangan yang ada di dalam sebuah kehidupan.

Sekala Niskala menaruh pesannya lewat benda telur yang selalu ditekankan di pada beberapa adegannya. Visualnya simbolik, menekankan bahwa Tantra dan Tantri adalah telur yang tak jarang mereka konsumsi. Mereka terlahir menurut satu sel telur yg sama, tetapi terdiri berdasarkan manusia yg berbeda tetapi tanpa adanya salah satu berdasarkan mereka akan ada sesuatu yg timpang & tidak utuh. Inilah yg berusaha Kamila Andini sampaikan kepada penontonnya pada film Sekala Niskala. Meresapi merupakan kehilangan setelah sebagai sebuah bagian yg seharusnya menjadi satu.

Dan saat Tantra dan Tantri tak lagi mampu menikmati hari-harinya bersama tentu ini adalah sebuah cara Kamila Andini memahami mereka yang sedang kehilangan. Sekaligus menjadi cara untuk menyelami sebuah mitos mengenai kematian dengan cara-caranya yg unik. Memberikan visualisasi secara teatrikal yg menaruh arti baru tentang kematian yg ternyata mampu diartikan sebagai sebuah kelahiran baru bagi mereka yg sedang mengalaminya. Inilah sebuah pesan bagi Tantri bahwa sebenarnya dia wajib merelakan.

Bagaimana pesan simbolik ini mempunyai dipresentasikan menggunakan kemasan yang sederhana tetapi manis. Visualnya tidak berusaha menerangkan estetika yang semu, tetapi sinarnya sanggup memancarkan bahwa Sekala Niskala adalah pengalaman spiritual secara visual yang sangat meneduhkan hati. Dengan hal inilah, Sekala Niskala menunjukan bahwa menjadi sebuah film yang puitis itu seharusnya tak memiliki pretensi apapun buat menjadi tidak selaras. Ini adalah sebuah bentuk seni bagi mereka yang ingin memaknai lebih mengenai kehilangan dan kematian.

Posting Komentar

Copyright © Movie Review Cinema 21 | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes