MIDSOMMAR (2019) REVIEW: Medium Ari Aster Mendefinisikan Ulang (Lagi) Genre Horor

MIDSOMMAR (2019) REVIEW: Medium Ari Aster Mendefinisikan Ulang (Lagi) Genre Horor

Ari Aster balik dengan karya sophomore-nya pada tahun ini. Setelah di tahun 2018, Hereditary berhasil menjadi buah bibir pada kalangan penikmat film. Tentu saja, horor yg dibuat sang Ari Aster tak sekedar horor menggunakan makhluk-makhluk astral. Dia berusaha buat bermain pada genre horor & mendefinisikan ulang horor di pada filmnya. Tentu, hal inilah yg membuat karya ke 2 dari Ari Aster ini menjadi menarik buat ditunggu.

Midsommar, karya kedua dari Ari Aster ini dari trailernya saja sudah berusaha memberikan definisi lain tentang genre horor sendiri. Ari Aster sedang berusaha untuk mematahkan salah satu ciri dari genre film horor itu sendiri. Bermain dalam setting waktu siang hari yang membuatMidsommar menjadi salah satu film horor yang berbeda di era yang baru ini.Midsommar ditulis sendiri oleh Ari Aster dalam naskahnya. Dibintangi oleh Florence Pugh, Jack Reynor, hingga Will Poulter,Midsommar berusaha untuk menghantui penontonnya dengan cara sendiri.

Menceritakan tentang sosok Dani (Florench Pugh) yg sedang mengalami banyak sekali tekanan dalam hidupnya, apalagi tentang keluarganya. Tetapi, sebuah liputan duka mendatanginya dan membuat hidupnya semakin berantakan. Tetapi, beliau masih memiliki Christian (Jack Reynor), kekasihnya yg berusaha mendampinginya. Hanya saja, Christian ternyata telah memilki rencana lain sebelum ada bala yang menimpa Dani. Dirinya sudah berencana untuk pergi ke Swedia buat riset tesisnya sekaligus pulang liburan beserta teman-temannya.

Christian tidak memberitahu planning ini ke Dani, hingga akhirnya Dani menetapkan untuk ikut Christian ke Swedia. Tibalah mereka ke sebuah desa terpencil pada sana bernama Harga. Mereka sedang dalam sebuah festival tradisi selama 9 hari. Tentu, hal ini diterima menggunakan senang hati oleh Dani, Christian, dan sahabat-sahabat mereka. Hingga suatu saat, tradisi yang dilakukan sang para penduduk di desa tadi berjalan terlalu jauh dan memiliki arti lain. Membuat liburan mereka yang awalnya terlihat menyenangkan sebagai sebuah aktivitas yg mengganggu pikiran.

Dalam karyanya, memang Ari Aster bermain dalam ranah horor yang lebih menganggu pikiran dibandingkan dengan menggunakan formulajumpscares. Hal ini yang perlu diketahui oleh penonton sebelum akhirnya memutuskan untuk menontonMidsommar. Hingga nanti saat keluar dari bioskop, tak berusaha membandingkannya dengan film-film horor seperti karya-karya milik James Wan dan yang sejenisnya.

Setelah Ari Aster berusaha mendefinisikan horor tentang sebuah ketidakpastian dalam Hereditary,Midsommar juga berusaha melakukan hal yang sama. Ari Aster menggunakanMidsommar untuk mendefinisikan ulang horor sebagai cara melepaskan beban. Entah beban tentang masa lalu atau beban yang dipikul sekarang. Dani menjadi pion yang digunakan oleh Ari Aster untuk karakter studi bagi penontonnya tentang perjalanannya menghadapi masalah dalam hidupnya.

Midsommar memang bukan film horor dengan penuturan yang seperti ditemui oleh horor-horor pada umumnya. Ari Aster membangun atmosfirnya secara perlahan hingga membuat penontonnya masuk ke dalam konflik Dani dan ikut mengalami beban di dalam dirinya. Tujuannya adalah ketika di akhir film penontonnya pun juga ikut merasa lega saat Dani berusaha melepaskan beban dalam dirinya. Tetapi, dalam perjalanannya melepaskan beban milik Dani ini, Ari Aster sedikit menemukan jalan berliku.

Banyak yang ingin disampaikan oleh Ari Aster dan dirinya berusaha untuk membuat setiap plotnya berjalan seimbang. Tetapi, hal itu malah membuatMidsommar sedikit tidak rapi jika dibandingkan dengan Hereditary. Di paruh kedua filmnya,Midsommar terlalu sibuk memperlihatkan tradisi-tradisi dan konsekuensi yang terjadi di desa Harga dan lupa untuk memberikan signifikansi dalam karakter utamanya. Sehingga, tensi di pertengahannya terasa sedikit merenggang. Barulah di paruh ketiga menuju konklusi, Ari Aster berusaha mengencangkan tensinya.

Di sinilah problematika Ari Aster dalam karya-karyanya.Midsommar dan Hereditary memiliki babakrevealingyang berusaha membuat filmnya masih bisa dicerna oleh penontonnya. Sehingga, dengan apa yang dibangun oleh Ari Aster di awal film, penutup filmnya terasa menggebu-gebu. Tetapi, dengan adanya hal ini juga memberikan pengertian bahwa film-film Ari Aster pun memiliki penuturan dengan narasi yang popular. Hanya saja, label ‘alternatif’ dan premisnya yang terlihat unik –meskipun sebenarnya banyak ditemui di film lain –ini  menutupi narasinya yang masih sangat mudah dicerna.

Inilah yang mungkin membuat para penontonnya gampang terkesima dan berusaha menjadikan film-film Ari Aster sebagai ajang pembuktian diri menemukan hal-hal lain. Tetapi, di luar tujuan penontonnya,Midsommar menjadi sebuah pengalaman film horor yang berbeda dan perlu untuk ditonton. Mematahkan salah satu ciri genre horor dan mendefinisikan ulang tentang horor adalah tujuannya. Dibalut dengan visual yang cerah tetapi tak nyaman hingga scoring yanghauntingmembuatMidsommar ini sangat menarik untuk dikulik.

Posting Komentar

Copyright © Movie Review Cinema 21 | Distributed by Blogger Templates | Designed by OddThemes