DC Films lagi-lagi mengeluarkan sebuah film tentang manusia supernya di tahun ini. Setelah bulan Juni lalu, akhirnya Wonder Woman dirilis dan mendapatkan hati di banyak penontonnya. Dengan begitu, DC dan Warner Bros semakin percaya diri denganline upfilm-film manusia super milik DC lainnya. Meskipun, masih belum ada lini waktu yang benar-benar tertata seperti yang dilakukan oleh film manusia super milikbrandsebelah.
Dengan lini waktunya yang tak terarah, Warner Bros dan DC sepertinya masih pula tak takut buat mengeluarkan film Justice League pada tahun ini. Justice League ini adalah loka para insan super milik DC berkumpul. Film ini disutradarai sang Zack Snyder pada awalnya sampai sebuah musibah datang menghampirinya. Di tengah filmnya yg telah terselesaikan & pada proses penyuntingan, Joss Whedon ini ditunjuk buat melakukan supervisi terhadap film Justice League.
Hal ini yang membuat Justice League harus melakukan syuting ulang yang membuat film ini memilikibudgetyang membengkak. Dengan budget dua kali lipat, Joss Whedon pun harus memotong durasi film yang awalnya dari 170 menit menjadi 120 menit. Upaya mempersingkat durasi ini cukup menyita banyak perhatian calon penontonnya karena mungkin ada harapan bahwa Justice League akan kembali memukau dan harapan baru bagi DC films selanjutnya.
Memiliki 6 manusia super di dalam satu film tentu punyastory deviceyang perlu dijelaskan lebih agar penonton tak kebingungan dengan setiap karakternya. Dengan linimasa cerita yang kacau balau dalam menentukanorigin story,durasi 120 menit ini tentu adalah sebuah bencana besar bagi Justice League. Alih-alih akan punya sebuah pace cerita yang lebih dinamis, durasinya yang pendek ini membuat performa Justice League tak lagi mengikat dan jatuh menjadi sebuah sajian yang mengecewakan.
Justice League mengisahkan mengenai kota yang sedang mengalami kehancuran lantaran musuh akbar tiba dan berusaha menguasai bumi. Paska kematian Superman, orang-orang pada kota tak lagi punya manusia super yang melindungi mereka. Untuk itu, Bruce Wayne (Ben Affleck) menjadi seseorang Batman berusaha untuk mengumpulkan para insan super seperti Wonder Woman (Gal Gadot), Aquaman (Jason Momoa), The Flash (Ezra Miller), dan Cyborg (Ray Fisher).
Mereka harus berhadapan menggunakan Steppenwolf (Ciaran Hinds) yang tiba dari legenda Amazon yang berusaha mengumpulkan kekuatan menurut tiga artefak yg bisa membuatnya lebih kuat. Para insan super ini bergabung & berusaha buat mengalahkan Steppenwolf. Para manusia super yang sedang kewalahan mengalahkan Steppenwolf ini mencari taktik lain. Bruce Wayne berambisi buat membangunkan lagi Superman supaya tim insan supernya ini menjadi sebuah tim yg bertenaga.
Ketika secara garis besar sebuah plot berdasarkan Justice League mampu sesederhana itu, hanya saja pada presentasinya hal tersebut berkata lain. Justice League ini tampil bagaikan sebuah kompilasi 5 film pendek yang terasa seperti omnibus pada 1 jam pertama. Setiap insan super pada dalam Justice League ini misalnya punya kisahnya sendiri yang perlu buat dijelaskan supaya penonton bisa memihak karakter mana yg akan jadi idolanya. Sayangnya, hal ini berpengaruh dengan performa Justice League secara keseluruhan.
Meski diberi ruang untuk berkecimpung bagi karakter-karakternya, itu pun tak menciptakan setiap karakternya punya porsi yang kuat menjadi sebuah karakter utuh. Selama 120 mnt, Justice League resah harus penekanan dengan kisah yg mana. Plot utamanya pun beberapa kali harus tersingkirkan demi cabang cerita lain yang sama tak kuatnya. Tak ada koneksi yang sanggup saling berkesinambungan antar setiap kerangka ceritanya sehingga Justice League punya kesan sangat berantakan.
Motif-motif setiap karakternya & alasan-alasan buat setiap plotnya ini terasa hilang dari pada filmnya. Ketika penonton sedang berusaha menerima keterangan tentang setiap karakternya, pada ketika itu juga penonton merasa adanya warta yg terputus lantaran cerita telah beralih dengan cara yg tak halus. Sehingga, ada kesan bahwa Justice League misalnya sebuah gabungan kisah-kisah pendek superhero menggunakan benang merah kecil & bahkan benang merah tersebut dilupakan.
Dengan begitu, Justice League tidak punya daya dan upaya buat mengembalikan konsentrasi penontonnya yang sangat terdistraksi dengan plot yg saling tumpang tindih di 1 jam awal. Kisah ceritanya yg sebenarnya sederhana ini malah menjadi blunder karena film ini terasa menyibukkan dirinya tanpa memperhatikan plot utama menjadi penggeraknya. Alhasil, Justice League hanya menjadi sekedar sebuah parade insan super idola dari komik DC yang tidak terdapat kekuatannya sama sekali.
Entah siapa yg perlu disalahkan menurut presentasi Justice League ini. Yang jelas pengarahan dari Zack Snyder & kerja sama supervisinya berdasarkan Joss Whedon tak sanggup memberikan rasa dan tensi yg kuat. Sehingga, dalam 120 menitnya, Justice League memiliki performa yg begitu hambar hingga mungkin paruh akhir filmnya yg menampilkan adegan perseteruan para insan super ini. Itupun, Justice League tidak lagi menunjukkan hal baru di pada aliran-nya.
Justice League memiliki visual efek yg begitu kasar dengan rona yg tak terlalu latif. Penonton yg akan menantikan parade visual dampak pun akan sangat kecewa. Maka, amunisi senjata Justice League buat mendistraksi segala kelemahan filmnya pun sama sekali tak tersisa. Hanya sosok Superman yg timbul pada 1 jam terakhir inilah yg sebagai poin menarik & satu-satunya dalam Justice League. Meskipun, penonton harus lagi-lagi terdistraksi dengan CGI yang membuat paras Henry Cavill nampak tidak sama & berpotensi sebagai sesuatu yg menggelikan buat ditinjau. DC Films nampak jatuh ke lubang yg sama lagi.
Posting Komentar