Pada tahun 2008, Hanung Bramantyo hadir mengisahkan sosok Fahri yang lahir lewat tangan Habiburrahman El-Shirazy lewat novelnya. Kisah lika-liku Fahri mengarungi hidup dan kisah cintanya menjadi sangat fenomenal. Berkat itu, Ayat-Ayat Cinta menjadi salah satu film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan raihan 3,5 juta penonton. Pada saat itu pula, lewat Ayat-Ayat Cinta, fenomena film-film bertema religi sangat digandrungi oleh pasaran. Muncul banyak kisah-kisah cinta dengan nuansa islami disuguhkan kepada penontonnya.
Bertahun-tahun setidaknya masih ada beberapa film bertema sama yang masih digandrungi oleh penontonnya. Tetapi, Habiburrahman El-Shirazy menghadirkan kembali kisah tentang Fahri lewat buku keduanya. Dengan dasar kesuksesan kisah dari buku yang pertama, Ayat-Ayat Cinta 2 pada akhirnya mendapatkan kesempatan untuk dijadikan sebuah film layar lebar. Kali ini, Ayat-Ayat Cinta 2 diarahkan oleh Guntur Soeharjanto. Fedi Nuril tetap menjadi Fahri, tetapi ada beberapa pergantian pemain di jajaran aktrisnya.
Ayat-Ayat Cinta 2 sudah menjadi salah satu proyek yang sangat dipersiapkan oleh MD Pictures. Beberapa kali MD Pictures sudah mengingatkan calon penontonnya lewat beberapa cara promosi yang menarik. Pun, nama-nama aktris dalam film ini juga tak main-main. Mulai dari Chelsea Islan, Tatjana Saphira, hingga Dewi Sandra ikut meramaikan. Hal ini juga tentu menimbulkan rasa skeptis bagi penontonnya karena cerita apalagi yang ingin disampaikan dalam Ayat-Ayat Cinta 2.
Ayat-Ayat Cinta pertama mungkin menjadi sebuah terobosan baru dalam sinema Indonesia. Tak hanya berusaha membangun sebuah sub genre baru, tetapi juga memberikan sebuah topik yang baru yaitu tentang poligami. Lalu, berbagai macam film-film religi lainnya berusaha memberikan perspektifnya sendiri dengan topik yang sama. Lantas, apa yang membuat Ayat-Ayat Cinta 2 memiliki urgensinya untuk hadir dalam perubahan sinema Indonesia yang semakin memiliki keberagaman?
Ayat-Ayat Cinta 2 adalah syiar islam tentang kebaikan dan usaha untuk menjadi perwakilan tentang Islam di dalam salah satu karakternya. Tetapi, bukan berarti ini serta merta menjadi keunggulan dalam Ayat-Ayat Cinta 2 dalam presentasinya. Dalam pengarahannya, Guntur Soeharjanto sudah memiliki porsi yang pas. Hanya saja, dasar cerita dalam buku yang ditulis oleh Habiburrahman El-Shirazy inilah yang perlu untuk digarisbawahi dan mendapatkan perhatian lebih.
Kali ini, Ayat-Ayat Cinta 2 tetap berfokus kepada sosok yang tak lagi muda bernama Fahri (Fedi Nuril) yang hidup di Edinburgh, Skotlandia. Fahri memang telah menikah, tetapi nasib buruk menimpa sang Istri yang sedang menjadi relawan di sebuah arena perang. Fahri tak lagi menerima kabar dari sang Istri dan menganggap bahwa sang Istri telah tiada. Fahri berusaha melanjutkan hidupnya dengan menjadi seorang dosen dan hidup menjadi sosok yang baik bagi tetangga-tetangganya.
Meskipun, Fahri harus diperlakukan tidak baik lantaran dirinya merupakan seorang muslim. Terlebih dari famili Keira (Chelsea Islan) yang pernah mempunyai hal traumatis menggunakan para muslim. Tetapi, Fahri tetap berusaha buat senantiasa berbuat baik menggunakan para tetangganya. Lalu muncullah Hulya, sepupu dari Aisha yg mendatangi Fahri untuk belajar dan menuntut ilmu di tempat Fahri mengajar. Lalu, Fahri bimbang karena secara diam-diam Fahri mengagumi sosok Hulya.
Ayat-Ayat Cinta 2 memiliki kisah dramatis yang sebenarnya memiliki pengarahan yang sudah cukup. Begitu pula dengan adaptasi naskah yang dilakukan oleh Alim Sudio untuk berusaha memindahkan apa yang ada di novel untuk disampaikan dalam layar lebar. Apa yang dilakukan oleh mereka sudah sesuai dengan porsinya masing-masing. Hanya saja, mungkin ada beberapa minor-minor yang membuat Ayat-Ayat Cinta 2 masih jauh dari kesan Greatest Love Story seperti yang digadang-gadangkan.
Secara keseluruhan, Ayat-Ayat Cinta 2 bukanlah sebuah kisah cinta, ini adalah kisah tentang Fahri. Karakterisasi Fahri dari film pertama pun, sudah digambarkan sebagai sosok laki-laki yang sempurna. Begitu pula yang terjadi di Ayat-Ayat Cinta 2, Fahri semakin dibuat sesempurna mungkin. Hal ini malah menggiringi pemikiran penontonnya untuk menjadikan Fahri sebagai simbol identitas laki-laki baru. Fahri menetapkan sebuah standar baru bagi perempuan untuk memandang laki-laki yang baik buat mereka. Ini tidak salah, tetapi ini adalah fenomena menarik dalam film Ayat-Ayat Cinta 2 ini.
Keseluruhan durasi film yang mencapai 125 menit yang hanya berputar tentang kisah Fahri inilah yang membuat presentasi Ayat-Ayat Cinta 2 tak sempurna seperti Fahri. Plot utama dalam Ayat-Ayat Cinta 2 menjadi sesuatu yang kabur dan tak dapat dimengerti oleh penontonnya. Di 1 jam pertama, Ayat-Ayat Cinta 2 terasa kehilangan jalan untuk masuk dalam plot cerita. Penonton akan meraba plot utama dari film ini karena segala hal yang berada di 1 jam pertama hanya sebuah kisah pengantar yang terlalu diperpanjang.
Penonton sudah terlalu letih untuk meneruskan kisah Fahri yang pada akhirnya menyorot tentang kisah cintanya di satu jam berikutnya. Ayat-Ayat Cinta 2 ini memiliki sebuah subplot cerita misterius yang berusaha ditampilkan di satu jam selanjutnya. Ketika masuk ke dalam subplot tersebut, penonton mungkin hanya sekedar memberikan tanda bahwa dia tahu dengan subplot tersebut. Tak ada reaksi lebih ataupun merasa emotionally attached dengan apa yang ada di layar. Sehingga, dalam perjalanan cerita selanjutnya, kisahnya pun semakin hambar.
Dengan berbagai pengantar cerita di satu jam pertama, Ayat-Ayat Cinta 2 pun merasa kewalahan untuk mengakhiri cerita-cerita itu. Maka di paruh akhir film, Ayat-Ayat Cinta 2 penuh dengan penyelesaian yang terburu-buru dengan cerita itu. Apalagi di satu poin cerita utama yang seharusnya menjadi titik balik film ini pun tak memiliki rasa emosional yang kuat. Pun, diakhiri begitu ajaib dengan banting setir genre menjadi sebuah film science fiction meskipun pada awalnya tak ada intensi untuk ke sana.
Dengan kisah-kisah ajaibnya dan berbagai fenomena menarik di dalam filnya, Ayat-Ayat Cinta 2 sebenarnya adalah telah menekankan dirinya sebagai sebuah kisah negeri dongeng dari antah berantah. Dalam filmnya, sang sutradara memunculkan intensi tersebut lewat bahasa gambar yang ditampilkan begitu dreamy di satu adegan penting dalam pernikahan. Inilah yang menerangkan bahwa adanya batas dalam Ayat-Ayat Cinta 2 dengan realita penontonnya bahwa ini semua adalah kisah yang fiksi dan tak mungkin ditemukan di dunia nyata. Batas inilah sebenarnya yang perlu untuk dipahami oleh penontonnya.
Posting Komentar